Dari beberapa teori psikologi, depresi dikatakan terjadi karena
kehilangan objek cinta, kemudian orang yang depresi ini mengarahkan
perasaan sedih atau marahnya kepada dirinya sendiri. Depresi juga bisa
terjadi karena pandangan dan interpretasi negatif terhadap diri sendiri,
sehingga dia mempunyai harapan yang negatif pula terhadap diri sendiri
dan masa depannya.
Faktor psikososial juga bisa menjadi pemicu depresi. Masalah dalam keluarga, status ekonomi keluarga yang rendah, broken home, jumlah saudara yang banyak, misalnya, bisa memicu perasaan tertekan yang lama-kelamaan menyebabkan depresi.
Nyatanya, penyebab depresi bukan hanya karena faktor psikologis dan
psikososial saja, tapi juga ada faktor genetika dan biologis.
Menurut Dr. dr. Nurmiati Amir, SpKJ (K), dosen pada Program Studi
Pendidikan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, faktor
keturunan mempunyai andil besar terhadap potensi penyakit depresi.
Risiko terjadinya depresi meningkat antara 20%– 40% untuk keturunan
pertama. Memiliki satu orangtua yang mengalami depresi, meningkatkan
risiko dua kali pada keturunannya. Risiko itu meningkat menjadi empat
kali bila kedua orangtuanya sama-sama mengalami depresi.
Zat biologis dalam tubuh juga menyebabkan depresi. Zat mono-amine neurotransmitters
yang termasuk dopamin, noradrenalin, adrenalin, and serotonin, dilepas
dari neuron ke otak dan sistem saraf.
Fungsi zat ini sangat penting
untuk kepekaan, kontrol emosi,dan kognisi. Kekurangan zat ini bisa
menyebabkan depresi. Selain itu, juga karena disfungsi sistem penyaluran
rangsang dari hipotalamus ke hipofise dan organ lain, gangguan ritme
biologis, meningkatnya kardar hormon pertumbuhan secara berlebihan,
serta gangguan tiroid.
Penyebab lain adalah faktor neuro-imunologis. Gangguan imun
memudahkan terjadinya infeksi pada susunan saraf pusat. Kemungkinan lain
adalah bahwa zat-zat imun tersebut terlalu aktif sehingga menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat.
Sunday, September 9, 2012
Penyebab Depresi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment