Monday, July 21, 2014

Penelitian : Dokter Masih Meresepkan Antibiotik untuk Influenza!

Apa yang biasanya kita lakukan ketika mengunjungi dokter karena mengeluhkan suatu sakit tapi tidak dikasih obat? Mungkin Anda akan mengira bahwa sang dokter sedang lupa. Hal inilah yang biasanya dilakukan dokter Jerman ketika Anda mengunjungi dokter untuk kelahuan penyakit ringan seperti demam atau influenza. Jangan kaget ketika mengunjungi dokter di negeri Der Panzer tersebut, Anda tidak akan menerima obat. Walaupun itu anak-anak yang sedang sakit.

Dokter Jerman beranggapan bahwa penyakit seperti demam dan influenza itu disebabkan oleh virus, sehingga obat seperti antibiotik tidak akan dibutuhkan dan tidak perlu diberikan kepada pasien. Mereka hanya meminta kepada orang tua atau yang mengeluhkan sakit untuk minum air hangat atau pertahankan suhu tubuh pada kondisi hangat, serta banyak mengonsumsi buah dan air putih secukupnya.

Kebijakan dokter Jerman ini sendiri sudah diujikan pada sebuah studi tentang peresepan obat, menurut data yang dihimpun bahwa ketika seseorang menderita sakit influenza atau demam maka dokter lebih sering meresepkan antibiotik meskipun sebenarnya antivirus lah yang lebih bermanfaat. Dan lebih parahnya, antivirus hanya diberikan kepada satu dari lima pasien yang sebenarnya sangat membutuhkan obat tersebut.

Walaupun pada beberapa orang, antibiotik mampu untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh penyakit flu, namun namun seringkali justru peresepan itu tidak diperlukan. Antibiotik hanya diperlukan jika penyakitnya disebabkan oleh bakteri.

Demikian yang diungkap para dokter di pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS yang ditulis di dalam jurnal Clinical Infectios Disease. Studi juga menemukan, dokter masih sering meresepkan antibiotik. Padahal penggunaan antibiotik yang tidak bijak dapat menyebabkan pembentukan bakteri kebal antiobiotik sehingga bila benar-benar diperlukan, bakteri akan sulit dikalahkan oleh antibiotik.

Michael G Ison, dokter dari Northwestern University mengatakan, upaya penggunaan antibiotik yang rasional masih terus diusahakan, tetapi penggunaan yang tidak bijak masih umum terjadi pada pasien influenza. Menurutnya, meresepkan obat antivirus memiliki risiko minimal dalam pembentukan resistensi bakteri.

Dalam studi baru ini, dokter melakukan analisis pada ribuan rekam medis ribuan pasien dalam lima negara bagian. Sebanyak 6.766 orang diketahui memiliki penyakit respirasi akut, sepertiganya ternyata adalah influenza. Namun hanya 15 persennya yang diresepkan obat antivirus, sementara 30 persennya masih diresepkan antibiotik.

Padahal manfaat pengobatan lebih dapat dirasakan pada pasien yang memperoleh pengobatan antivirus. Ditambah lagi, pengobatan antivirus tidak memiliki efek samping yang merugikan dan dapat mengurangi kemungkinan dari kebutuhan antibiotik di waktu yang akan datang.

No comments: