Friday, November 7, 2014

Mengetahui ciri-ciri penyakit ebola


Bebrapa negara sudag terkerna dari wabah ebola negara di kawasan afrika barat, kini menghantui masnyarakat indonesia. namun, mengenai hal ini, kepala badan penelitian dan pengembangan kesehatan (Balitbangkes) kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P MARS, DTM&H, DTCE, sampai saat ini belum ada kasus Ebola maupun MERS-CoV di indonesia.

“Bila memang ada seseorang yang datang dari negara yang terjangkit ebola, lalu demam maka balom tentu orang tersebut terjangkit ebola bisa saja terkena penyakit lain. Namun kita harus waspada dan kehati-hatian kit aperlukan”, ujar Prof. dr. Tjandra lewat pesan yang dikirimkan kementrian kesehatan RI melalui surat elektronik.

“Bahwa terdapat 4 gejala yang menjadi indikasi kuat seorang terjangkit penyakit ebola, khususnya bagi mereka yang baru saja pulang dari negara-negara terjangkit virus ebola, diantaranya, demam yang tidak di ketahui penyebabnya, nyeri otot yang hebat, gangguan saluran pencernaan, dan manifestasi pendarahan,” ujar Prof. dr. Tjandra.

Pada tanggal 26 oktober 2014 lalu, 28 orang para pekerja tenaga kerja indonesia (TKI) 2 diantara 28 tenaga kerja indonesia yang berasal dari kediri dan madiun menderita sakit setelah menderiya sehabis menyelesaikan kerjanya di negara liberia. Dikarenakan adanya riwayat dari pasien sepulangnya dari negara yang terjangkit virus ebola menjadi sorotan di berbagai macam media pasien suspect ebola.
Prof. dr. Tjandra mengatakan “sebagai tindak lanjut, para TKI harus di beri masukan untuk terus waspada terhadap kesehatanya dalam 21 hari kedepan”.

Setelah beberapa hari terdapat laporan keluhan demam dari TKI yang berasal dari madiun dan kediri. Gejala demam yang di alami belum tentu wabah dari virus ebola. Bisa saja penyakit malaria atau penyakit lainya yang dialami oleh kedua TKI tersebut. Harus waspada dan kehati-hatian, dari pihak rumah sakit dalam menangani pasien suspec ebola di ruang isolasi.

Prof. dr. Tjandra mengataklan seluruh sampel memang harus diperiksadi laboraturium, karena harus dalam prosedur BSL-3 dengan ekstraksi virus di BSC-3”, tandas Prof. dr. Tjandra.

No comments: