Friday, August 29, 2014

Bukan Pertanda Baik Jika Karyawan Selalu Bahagia

Seperti yang kita ketahui bahwa di dunia kerja penuh dengan berbagai permasalahan yang terjadi. Berbagai permasalahan dan tantangan di dunia kerja akhirnya membuat seseorang menjadi merasa ingin mencari kebahagiaan saat kerja. Dalam mencari kebahagiaan di dunia kerja, seorang pekerja bahkan CEO terkadang tidak sungkan untuk menghadiri seminar atau workshop pengembangan diri terkait ilmu bahagia ini. Alasan mereka menginvestasikan gaji untuk mengikuti workshop dan seminar tentang kebahagiaan ini adalah karena kepercayaan bahwa emosi yang positif akan menghasilkan produktivitas kerja yang baik dan hasil kerja yang sangat memuaskan. Begitu pula sebaliknya, emosi negatif akan menghasilkan sesuatu yang negatif juga.

Namun tahukah Anda, bahwa pernyataan yang berisi bahwa emosi positif selalu menghasilkan produktivitas kerja yang bagus itu tidaklah permanen? Seperti yang kita ketahui dalam dunia sastra terkenal dengan ungkapan "Benar dan Salah itu bagai dua sisi koin, sangat tipis". Oleh sebab itu, tidak mesti terjadi emosi negati akan selalu berakhir negatif, apalagi dengan emosi positif.

Sebagai contoh, penelitian tentang psikologi manusia telah mengungkapkan bahwa saat seorang karyawan marah pada manager / bosnya terkait karena perilaku yang tidak adil terhadap sesama karyawan, ini merupakan salah satu contoh emosi negatif yang sebenarnya positif. Namun apa yang terjadi jika ada karyawan yang tinggal diam saja, dan tetap tersenyum melihat masalah ketidakadilan tersebut terjadi di kantor? Mungkin Anda menganggapnya gila / bodoh, tapi jauh merupakan hal yang lebih serius dalam psikologi ialah orang tersebut mungkin diduga tidak pernah mengekspresikan kemarahannya dan itu adalah hal yang buruk.

Penelitian lain juga pernah membuktikan bahwa tidak selamanya emosi positif selalu berakhir positif. Kasus emosi positif jenis ini ialah karena emosi positif menghasilkan sesuatu kepuasan dan kedangkalan. Kedangkalan disini maksudnya ialah tidak adanya upaya peningkatan kesejahteraan dan produktivitas yang lebih besar terjadi pada seseorang atau pekerja. Oleh sebab itulah mereka yang memiliki emosi positif yang terlalu berlebihan seperti contoh ini untuk disarankan selalu melakukan perubahan terhadap apa yang ada disekitarnya jika melihat sesuatu sekecil apapun itu akan berdampak buruk.

Untuk memperkuat pernyataan dalam artikel ini, ada sebuah pernyataan dari seorang penulis yang melakukan studi ini.

"Emosi positif tidak selalu terkait dengan hasil positif," tulis penulis studi ini, Dirk Lindebaum dari University of Liverpool, dan Peter Jordan, seorang profesor di Griffith University di Australia. Baru-baru ini, hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal Human Relations.

No comments: